Senin, 19 April 2010

Istikharoh Cintaku (Revisi)

Oleh : Nining KN.

-->
Hidup ini sangatlah indah sekaligus ajaib.Tapi aku belum merasakannya,mungkin Tuhan telah memberikanku nikmat, tapi mengapa aku tak dapat merasakan semua itu.
Aku adalah anak bungsu dari empat bersaudara,tapi semua kakak-kakakku telah berumah tangga.Aku hidup hanya bersama ayah tercintaku.Memang sejak usia 10 tahun,ibuku meninggal dunia karena terserang pernyakit liver.Jadi selama 9 tahun aku dididik oleh ayah dan kakak-kakakku.
Saat usiaku menginjak 20 tahun,aku mendapat cobaan yang begitu berat.Mungkin Tuhan akan menguji kesabaranku.Aku di beradakan dalam 3 pilihan yang akan menentukan masa depan dan sekaligus menjadi pendamping dalam hidupku.Dan ternyata aku dapat memilih diantara mereka.Sekarang aku pun telah hidup bahagia dengan salah satu pilihanku.
Semua bermula saat aku masih duduk di bangku Aliyah.Waktu itu aku kelas XI PK (Pendidikan Keagamaan),memang saat itu aku memiliki teman lelaki yang akrab denganku.Dan tanpa ku sadari ia telah jatuh cinta kepadaku,tapi aku menolaknya.Lelaki itu bernama Dion.
Setelah aku lulus,ayahku memaksaku untuk melanjutkan ke perguruan tinggi, mungkin karena aku pernah menang dalam lomba menulis cerpen.Tapi untuk kali ini aku tak dapat menuruti kemauan ayahku.Memang sejak kecil aku selalu di atur-atur oleh ayahku,tapi sekarang aku sudah besar,sudah dewasa jadi aku telah bisa menentukan masa depanku sendiri.
“Yah,ma’af ya untuk kali ini Afid tak dapat menuruti kemauan ayah…”
“Tapi apa yang akan kamu lakukan, Fid?”tanya ayah sembari menghadapku.
Aku terdiam sejenak sambil menarik napas panjang.
“Afid akan mengaji ke pesantren saja,boleh ya yah?”
“Tapi ayah ingin kamu bahagia, Fid,ingin kamu sukses.”
“Biarkanlah Afid menentukan masa depan sendiri Yah,Afid sudah dewasa dan tidak anak kecil lagi.”aku masih teguh pada pendirianku.
“baiklah,jika kamu lebih bahagia dengan kehidupan pesantren. Ayah hanya bisa mendoakan.”
Setelah mendapat persetujuan ayah,keesokan harinya aku berencana akan berangkat ke Pesantren Roudhotul Alim Yogyakarta.
* * *
Tidak ku sangka aku telah 2 tahun hidup di pesantren meninggalkan ayahku.Dan akupun sebentar lagi akan khatam al-qur’an,betapa senangnya hatiku.Tapi tanpa ku duga hari ini ayahku menengokku ke Pesantren.
“Assalamu’alaikum,yah…”sapaku pada ayah sambil mencium tangannya.
Waalaaikum salam, bagaimana kabarmu, Fid?”
“Baik, Yah.Ada apa Yah kok datangnya mendadak?” tanyaku penasaran.
“Tidak.Ayah hanya ingin bertemu dengan kamu,mungkin Ayah kangen.”
“Afid juga kangen sama Ayah...” kataku sambil memeluk ayah.
Saat masih serius bicara,tiba-tiba seorang lelaki berjalan di depan kami dan kelihatannya wajah lelaki itu tak asing bagiku.Mungkin dia santri putra,tapi anehnya dia kok kenal denganku bahkan menyapaku. Ah, jadi bingung.
Dua jam aku telah berbicara dengan ayahku,tapi tiba-tiba ayahku menanyakan suatu hal yang nampaknya penting kepadaku.
“Fid kamukan sudah 2 tahun di pesantren,apakah kamu tak punya niat untuk pulang?”
Aku hanya terdiam tanpa jawaban.Tapi ayahku terus menanyakan hal itu kepadaku,akhirnya kuputuskan untuk menjawab.
“Maaf Yah,tapi Afid masih ingin di sini.”
Ayah belum sampai menjawab aku pun meneruskan bicara.
“Bahkan Afid belum khatam al-qur’an, Yah,” keluhku kemudian.
“Baiklah.Jika memang kamu bahagia ayah pun juga akan bahagia.Ya sudah, Ayah pulang dulu.”
Setelah ayah pulang aku kembali masuk ke pesantren dengan membawa makanan yang dibawakan ayah.Tiba-tiba BRUAKK!dari arah berlawanan ada seorang lelaki yang menabrakku.
“Maaf,”kata lelaki itu kepadaku.
“Tidak apa-apa.”
“Aduh, makananmu jatuh nih,ini semua gara-gara aku.”
“Tak apa-apa.Jangan merendah,ini juga salah aku jalan tidak lihat-lihat dulu.Bukumu juga pada berserakkan,”kataku sambil menatapnya.
“Bener kamu nggak apa-apa? Eh, kenalin aku Naim, santri putra.”
“Aku Afid,ya udah aku masuk dulu.”
Akupun bergegas pergi dari lelaki itu.Dan menuju ke pesantren.Setelah sampai di kamar aku kembali membuka sebagian sisa makanan,dan ternyata di dalam nya terselip selembar kertas,kertas itu bertulis sebait puisi.
Pasti ini puisi milik laki-laki itu.Gumamku dalam hati.Aku pun juga masih terbayang-bayng ketampanan lelaki itu yang bagiku setampan Nabi Yusuf.
* * *
Satu minggu setelah ayah menjengukku, ternyata ayah datang kembali.
Assalamualaikum Yah,ada apa Yah kok ayah ke sini lagi?”
Waalaikum salam,Ayah berniat mengajakmu pulang.”
“Tapi…”
Belum sampai menjawab ayah meneruskan.
“Bagaimana,kamu mau?”
“Baiklah,tapi Afid akan kembali ke pesantren lagi .”
Aku langsung bersiap-siap untuk pulang.Saat berjalan menuju gerbang aku kembali bertemu dengan Naim.
“Kamu mau pulang ya, Fid?”
“Iya...,”jawabku singkat.
“Boleh tahu alamatnya nggak?”
“Jalan Merpati 15 Semarang,” teriakku sambil berjalan.
* * *
Bertepatan hari ini hari minggu tiba-tiba saat asyik membersihkan rumah terdengar suara salam dari luar rumah,dan ternyata adalah teman kecilku,Hendra.
“Eh kamu, Ndra.Ada perlu apa ya?” tanyaku pada Hendra.
Belum sampai Hendra menjawab,tiba-tiba ada suara salam dari luar, tak kuduga ia adalah Dion teman waktu MA ku dulu.Langsung saja kupersilahkan ia masuk.
“Jarang-jarang kalian main ke sini,” tanya Afid kepada mereka berdua.
“Kamukan nggak di rumah,” jawab Dion.
“Terus kalian mau ngapain.Apakah ada perlu dengan aku,atau ayahku?”
“Ya pasti dengan kamu lah…” mereka serempak.
Saat asyik sedang ngobrol,aku terkejut dengan adanya suara salam diiringi ketukan pintu.
Assalamualaikum…” terdengar suara salam dari luar.
“Siapa sih,kok banyak sekali ya tamu hari ini,memang ini hari apa?”tanyaku pada Hendra dan Dion.
Aku terkejut saat melihat siapa yang datang.
Waalaikum salam, Naim…?”
“Ya ini aku, Naim.”
“Ayo, silahkan masuk!”
Naim pun kagum ketika melihat dua lelaki di dalam rumahku.
“Ini siapa Fid,?” tanya Naim penasaran.
“Oh ya ini teman-temanku.Eh tumben kalian datang ke sini, mau pada ngapain?”
“Mau ngajakin jalan…..”jawab Hendra.
"Kalau aku ingin mengajak kamu makan,mau ya?" bujuk Dion.
"Enak aja kamu,kan yang datang ke sini aku dulu! Jadi yang berhak ngajak jalan Afid cuma aku," kata Hendra ketus.
"Eh, tapikan Afid mau milih aku.Secara makan kan lebih enak dan lebih romantis,jadi apa yang akan kamu lakukan!"bentak Dion melawan Hendra.
Mendengar mereka berdua aku jadi bingung.
"Sudah-sudah.Siapa juga yang akan menerima ajakan kalian!"darahku pun naik.Jarang-jarang aku seperti ini.
"Tapi kan Fid....?" elak Hendra.
"Tapi apa,apa...!" lawan Dion.
"Dari pada kalian datang kesini cuma untuk berantem,lebih baik kalian pulang saja,"aku berusaha mengusir mereka.
Berbeda dengan yang lain, tak kutemui jawaban Naim,dan ia hanya tersenyum padaku saat ku melihatnya.
"Tapi Fid,aku sudah meluangkan waktu demi hanya ingin bertemu kamu?"jelas Hendra
"Begitu juga aku,aku rela mutusin semua cewek-cewekku demi kamu."jawab Dion kemudian.
"Baiklah aku menghargai usaha kalian datang ke sini.Tapi untuk kali ini sebaiknya kalian pulang,aku capek."
"Baiklah kami pulang dulu,"pamit Naim.
Sebenarnya aku tak ingin mengusir Naim,tapi apa daya?.
* * *
Setelah dua hari Dion kembali datang ke rumahku.Malah sambil bawa parsel lagi,makin bingung.
"Hai On,ada apa ya kok kembali datang ke sini?" tanyaku penuh penasaran.
"Em...,nggak kok aku cuma ngasih ini sama kamu," jawab Dion sambil memberi parsel buah-buahan itu padaku.
"Apa ini On?" tanyaku penasaran.
Belum sampai Dion menjawab eh,Hendra datang.
Sebenarnya ada apa sih di balik semua ini?
"Assalamualaikum Fid?"sapa Hendra.
"Waalaikum salam. Mau ke mana nih pagi-pagi kok dah rapi?" tanyaku pada Hendra.
"Mau ngajak kamu jalan.Kamu nggak keberatan kan?"
"Gimana, ya..?" jawabku ragu.
"Jangan mau Fid,pasti nanti dia macam-macam sama kamu.Mendingan jalan saja ma aku,gimana?" rayu Dion.
"Apaan sih, Lo? kalau berani jangan cuma sama Afid,nih hadapi Mahendra!" tantang Hendra pada Dion.
"Sudah-sudah apain sih kalian kan malu di denger tetangga,setiap kalian datang pasti membuat keributan."
Mereka hanya terdiam tak menjawab.
"Sebenarnya apa sih maksud kalian? Setiap hari datang ke sini,pake membawa makananlah,buah atau apalah.Tapi asal kalian tahu,kalian tuh membuatku stress !"
Aku emosi setiap kali melihat mereka.
"Sebenarnya aku nggak bisa melupakan kamu Fid,aku masih menunggu jawaban darimu," jawab Dion.
"Tapi aku hanya ingin kamu ada di sampingku Fid.Asal kamu tahu,setiap ada di dekatmu aku merasa tenteram sekali,"jawab Hendra.
"Baiklah,aku yang akan memutuskan semua ini.Biarkan akau memilih."
"Baiklah, jika maumu seperti itu,kami menghargai keputusanmu," jawab Dion penuh kewibawaan.
Andai kalian tahu,hanya ada seseorang di hatiku,dan itu bukan kalian.Gumamku dalam hati kecilku.
"Kalian harus beristikharoh selama tiga kali berturut-turut.Jika kalian menemukan aku dalam istikharoh kalian,berarti kalianlah yang berhak memilikiku.Begitu juga aku," jelasku pada mereka.
* * *
Tapi bagaimana dengan Naim? Aku harus pergi menemuinya.
Akhirnya kuputuskan untuk pergi ke perpustakaan tempat Naim selalu belajar di situ.
Setelah lama kucari-cari akhirnya kutemukan juga.
"Afid,ngapain kamu di sini?” tanya Naim penasaran.
"Aku hanya ingin bertemu kamu."
"Tapi ada perlu apa?"
"Seperti Dion dan Hendra,kamu juga berhak mendapat kesempatan ini..."
Belum sampai selesai Naim memotong.
"Kesempatan apa?"
"Kamu harus beristikharoh.Dan dalam istikharohmu, kamu harus menemukan aku.Jika kamu menemukan aku,maka....?"
"Tapi bagaimana kalau aku nggak bisa?"
"Kamu pasti bisa,aku yakin kamu pasti bisa."
"Baiklah,demi rasa ini."
* * *
Akhirnya mereka datang kembali ke rumahku,dan aku akan bertanya kepada mereka.Tapi tak kutemui Naim.
“Bagaimana,apakah kalian bertemu denganku dalam istikharoh kalian?”
“Maaf Fid aku hanya melakukannya dua kali.Tapi tak kutemui kamu,” jawab Hendra dengan muka kisut.
“Begitu juga aku,aku juga tak bertemu denganmu,tapi aku selalu memimpikan kamu setiap malam.Tapi tak tahu,mengapa kali ini aku tak bertemu kamu?” tambah Dion.
“Berarti kalian bukan jodohku.Semoga kalian bisa mendapatkan wanita yang lebih baik dariku.”
Hendra dan Dion telah memberi jawaban dan hasilnya kosong.Tapi lima menit kemudian Naim datang.Tanpa berlama-lama langsung kutanyai dia.Sebenarnya tanpa bertanya dengan ia aku akan mendapatkan jawaban,tapi aku ingin mencari kepastian.
“Bagaimana dengan kamu,apakah kamu bertemu aku?”
Alhamdulillah ,ya aku bertemu kamu tiga kali,tapi keputusan ada di tanganmu?” tanya Naim kemudian.
“Be...begitu juga aku...”aku menjawab dengan tetesan air mata bahagia.
"Jadi ini laki-laki yang kamu pilih.Muka pas-pasan,baju kisut..." hina Dion pada Naim.
"Asal kamu tahu aku akan lebih bahagia hidup dengan dia," jawabku.
"Percuma kuputuskan semua pacarku,tapi alhasil? Tapi aku yakin akan mendapatkan wanita yang lebih cantik,lebih seksi dan lebih baik dari kamu!" timpal Hendra.
"Siapa suruh kalian mendekatiku,dan siapa bilang aku cantik,seksi? Sejak awal aku sudah bilang sama kalian.Tapi,... sudahlah lebih baik kalian pergi dari hadapanku," aku pun marah.
Akhirnya kudapatkan jawaban itu pada Naim,sesosok lelaki yang memang sejak awal telah ku suka.Laki-laki yang tampan,saleh dan aku bahagia menemukan semua ini.

Rabu, 07 April 2010

Istikharoh Cintaku

Oleh : Nining KN.

Bahwasanya kehidupan ini sangatlah indah dan ajaib.Tapi aku belum merasakannya,mungkin tuhan telah memberikanku nikmat tapi mengapa aku tak dapat merasakan semua itu.

Aku adalah anak bungsu dari 4 bersaudara,tapi semua kakak-kakakku telah berumah tangga.Aku hidup hanya bersama ayah tercintaku.Memang sejak usia 10 tahun,ibuku meninggal dunia karena terserang pernyakit liver.Jadi selama 9 tahun aku dididik oleh ayah dan kakak-kakakku.

Saat usiaku menginjak 20 tahun,aku mendapat cobaan yang begitu berat.Mungkin tuhan akan menguji kesabaranku.Aku di beradakan dalam 3 pilihan yang akan menentukan masa depan dan sekaligus menjadi pendamping dalam hidupku.Dan ternyata aku dapat memilih diantara mereka.Sekarang akupun telah hidup bahagia dengan salah satu pilihanku.

Semua bermula saat aku masih duduk di bangku Aliyah.Waktu itu aku kelas XI PK(Pendidikan Keagamaan),memang saat itu aku memiliki teman lelaki yang akrab dengan ku.Dan tanpa ku sadari ia telah jatuh cinta kepadaku,tapi aku menolaknya.Lelaki itu bernama Dion.

Setelah aku lulus,ayahku memaksaku untuk melanjutkan ke perguruan tinggi,mungkin karena aku pernah menang dalam lomba menulis cerpen.Tapi untuk kali ini aku tak dapat menuruti kemauan ayahku.Memang sejak kecil aku selalu di atur-atur oleh ayahku,tapi sekarang aku sudah besar,sudah dewasa jadi aku telah bisa menentukan masa depanku sendiri.

“Yah,ma’af ya untuk kali ini Afid tak dapat menuruti kemauan ayah…”
“Tapi apa yang akan kamu lakukan Fid?”tanya ayah sembari menghadapku.
Aku terdiam sejenak sambil menarik napas panjang.
“Afid akan mengaji ke Pesantren saja,boleh ya yah?”
“Tapi ayah ingin kamu bahagia Fid,ingin kamu sukses.”
“Biarkanlah Afid menentukan masa depan sendiri yah,Afid sudah dewasa dan tidak anak kecil lagi.”aku masih teguh pada pendirianku.
“baiklah,jika kamu lebih bahagia dengan kehidupan pesantren.Ayah hanya bisa mendo’akan.”

Setelah mendapat persetujuan ayah,Keesokan harinya aku berencana akan berangkat ke Pesantren Roudhotul alim Yogyakarta.


* * *

Tidak ku sangka aku telah 2 tahun hidup di pesantren meninggalkan ayahku.Dan akupun sebentar lagi akan khatam al-qur’an,betapa senangnya hatiku.Tapi tanpa ku duga hari ini ayahku menengokku ke Pesantren.

“Assalamu’alaikum,yah…”sapaku pada ayah sambil mencium tangannya.
“Wa’alaaikum salam,bagaimana kabarmu Fid?”
“Baik yah.Ada apa yah kok datang nya mendadak?”tanyaku penasaran.
“Tidak.Ayah hanya ingin bertemu dengan kamu,mungkin ayah kangen.”
“Afid juga kangen sama ayah...”sambil memeluk ayah.

Saat masih serius bicara,tiba-tiba seorang lelaki berjalan di depan kami dan kelihatannya wajah lelaki itu tak asing bagiku.Mungkin dia santri putra,tapi anehnya dia kok kenal denganku bahkan menyapaku ah jadi bingung.

Dua jam aku telah berbicara dengan ayahku,tapi tiba-tiba ayahku menanyakan suatu hal yang nampaknya penting kepadaku.

“Fid kamukan sudah 2 tahun di pesantren,apakah kamu tak punya niat untuk pulang?”
Aku hanya terdiam tanpa jawaban.Tapi ayahku terus menanyakan hal itu kepadaku,akhirnya ku putus kan untuk menjawab.

“Ma’af yah,tapi Afid masih ingin di sini.”Ayah belum sampai menjawab akupun meneruskan bicara.
“Bahkan Afid belum khatam al-qur’an yah.”keluhku kemudian.
“Baiklah.Jika memang kamu bahagia ayahpun juga akan bahagia.Ya sudah ayah pulang dulu.”Pamit ayah padaku.

Setelah ayah pulang aku kembali masuk ke pesantren dengan membawa makanan yang dibawakan ayah.Tiba-tiba BRUAKK!dari arah berlawanan ada seorang lelaki yang menabrakku.

“Ma’af,”kata lelaki itu kepadaku.
“Tidak pa-pa.”
“Aduh makananmu jatuh nih,ini semua gara-gara aku.”
“Tak pa-pa.Jangan merendah,ini juga salah aku jalan tidak lihat-lihat dulu.Bukumu juga pada berserakkan.”kataku smabil menatapnya.
“Bener kamu nggak pa-pa?,eh kenalin aku Naim santri putra.”
“Aku Afid,ya udah aku masuk dulu.”

Akupun bergegas pergi dari lelaki itu.Dan menuju ke pesantren.Setelah sampai di kamar aku kembali membuka sebagian sisa makanan,dan ternyata di dalam nya terselip selembar kertas,kertas itu bertulis se bait puisi.
Pasti ini puisi milik laki-laki itu.Gumamku dalam hati.Akupun juga masih terbayang-bayng ketampanan lelaki ituyang bagiku setampan Nabi Yusuf.


* * *

Satu minggu setelah ayah menjengukku, ternyata ayah datang kembali.

“Assalamualaiku yah,ada apa yak ok ayah ke sini lagi?”
“Wa’alaikum salam,ayah berniat mengajakmu pulang.”
“Tapi…”belum sampai menjawab ayah meneruskan.
“bagaimana,kamu mau?”
“Baiklah,tapi Afid akan kembali ke pesantren lagi .”

Aku langsung bersiap-siap untuk pulang.Saat berjalan menuju gerbang aku kembali bertemu dengan Naim.

“Kamu mau pulang ya Fid?”
“Iya..”jawabku singkat.
“Boleh tau alamatnya nggak?”
“Jalan Merpati 15 Semarang.”Teriakku sambil berjalan.

* * *

Bertepatan hari ini hari minggu tiba-tiba saat asyik membersihkan rumah terdengar suara salam dari luar rumah,dan ternyata adalah teman kecilku,Hendra.

“Eh kamu dra.Ada perlu apa ya?”tanyaku pada Hendra.
Belum sampai Hendra menjawab,tiba-tiba ada suara salam dari luar,tak ku duga ia adalah dion teman waktu MA ku dulu.Langsung saja ku persilahkan ia masuk.

“Jarang-jarang kalian main ke sini.”Tanya Afid kepada mereka berdua.
“Kamukan nggak di rumah.”jawab dion.
“Terus kalian mau ngapain.Apakah ada perlu dengan aku,atau ayahku.”
“Ya pasti dengan kamu lah…”mereka serempak.
Saat asyik sedang ngobrol,aku terkejut dengan adanya suara salam diiringi ketukan pintu.

“Assalamualaikum…”terdengar suara salam dari luar.
“Siapa sih,kok banyak sekali ya tamu hari ini,memang ini hari apa?”tanyaku pada Hendra dan Dion.

Aku terkejut saat melihat siapa yang datang.
“Wa’alaikum salam, Naim…”
“Ya ini aku Naim,”
“Ayo silahkan masuk..”

Naimpun kagum ketika melihat dua lelaki di dalam rumahku.
“Ini siapa Fid,?”Tanya Naim penasaran.
“Oh ya ini teman-temanku.Eh kalian datang kesini mau pada ngapain?”
“Mau ngajakin jalan…..”jawab Hendra dan Dion serempak.
“Kalau aku mempunyai niat ingin melamarmu..”jawab Naim berbeda dengan Hendra dan Dion.
“Sebenarnya aku juga bernit seperti itu,aku tak bisa melupakanmu Fid?”jawab Dion.
Mendengar pengakuan mereka aku sangatlah bingung,dan di hantui akan mereka bertiga.Tapi setelah lama terdiam,aku kembali memulai pembicaraan.

“Sebenarnya aku sudah mengetahui niat kalian ber-tiga.Baiklah aku akan memutuskan menerima diantara kalian,apabila kalian bertemu aku dalam istikharoh kalian selama 3 kali berturut-turut.Dan aku akan menunggu pada hari kamis besok.Begitu juga aku,aku juga akan ber istikharoh.”

* * *

Akhirnya mereka datang kembali ke rumahku,dan aku akan bertanya kepada mereka.Tapi tak kutemui Naim.
“Bagaimana,apakah kalian bertemu denganku dalam istikharoh kalian?”
“Ma’af Fid aku tak bertemu denganmu...”jawab Hendra dengan muka kisut.
“Begitu juga aku,aku juga tak bertemu denganmu..”tambah Dion.
“Berarti kalian bukan jodohku.Semoga kalian bisa mendapatkan wanita yang lebih baik dariku.”

Hendra dan Dion telah memberi jawaban dan hasilnya kosong,merekapun langsung pulang.Tapi 5 menit kemudian Naim datang.Tanpa berlama-lama langsung ku tanyai dia.Sebenarnya tanpa bertanya dengan ia aku akan mendapatkan jawaban,tapi aku ingin mencari kepastian.
“Bagaimana dengan kamu,apakah kamu bertemu aku?”
“Ya aku bertemu kamu tiga kali,tapi bagaiman dengan kamu?”tanya nya kemudian.
“Be...begitu juga aku...”aku menjawab dengan sangat bahagia.

Akhirnya ku dapatkan jawaban itu pada Naim,sesosok lelaki yang memang sejak awal telah ku suka.